Dalam beberapa waktu terakhir, perhatian telah tertuju pada Jakarta International Stadium (JIS) karena insiden pengecekan rumput oleh kontraktor rumput. Kejadian ini telah menciptakan gelombang diskusi yang memicu berbagai pertanyaan menarik tentang apa yang sesungguhnya terjadi di balik kemegahan stadion tersebut. Ayo kita gali lebih dalam untuk mengungkap berbagai fakta menarik terkait peristiwa yang tak terduga ini.
Tidak terdapat batasan minimal untuk area parkir dalam Panduan Stadion FIFA. Sebagai gantinya, panduan tersebut mendorong penggunaan transportasi publik serta pendistribusian modal. Menariknya, Jakarta International Stadium (JIS) telah menyediakan 1200 tempat parkir yang diperuntukkan bagi tim, penonton dengan disabilitas, VVIP, dan tamu undangan istimewa. Namun, tidak hanya di dalam kompleks stadion, terdapat juga kantong-kantong parkir strategis di sekitar area stadion, seperti RS Sulianto Saroso, Kemayoran, dan Ancol, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan parkir dengan lebih baik.
Siapa yang mengira bahwa standar yang harus dipenuhi adalah standar FIFA yang tertuang dalam lembar verifikasi dan Panduan Stadion FIFA, atau bahkan standar yang ditetapkan oleh PSSI sendiri? Namun, Menpora dan para pihak terkait ternyata berpendapat sebaliknya. Mereka menyatakan bahwa Jakarta International Stadium (JIS) tidak perlu mengalami renovasi karena upaya peningkatan aksesibilitas dan sarana transportasi publik sudah dilakukan sesuai dengan rencana dan masterplan pengembangan JIS. Betapa menariknya memahami bahwa ada perspektif yang berbeda-beda dalam menghadapi permasalahan ini.
Dalam situasi yang menarik ini, terjadi polemik setelah Menteri Basuki mengunjungi JIS bersama kontraktor rumput sebagai mitra KemenPUPR yang juga merupakan pesaing dalam bisnis tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa pengecekan rumput seharusnya dilakukan oleh pihak FIFA untuk memastikan keadilan, bukannya oleh chairman PT Karya Rama Prima, yang spesialisasinya terletak pada kontraktor rumput golf, bukan sepakbola. Tampaknya ada perdebatan menarik di sini mengenai siapa yang seharusnya bertanggung jawab dalam memastikan kualitas rumput di JIS.
Di JIS, penggunaan rumput telah mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan, yakni jenis rumput hybrid yang terdiri dari Zoysia Matrella (95%) yang dipasok dari Boyolali, dan Sintetis Limonta (5%). Menariknya, rumput hybrid ini direkomendasikan oleh FIFA dan telah sukses digunakan di berbagai stadion ternama seperti Wanda Metropolitano dan Allianz Arena. Fakta menarik lainnya adalah bahwa auditor tidak menemukan adanya ketidaksesuaian antara spesifikasi yang direncanakan dan yang dipasang, yang menegaskan bahwa kualitas rumput di JIS telah memenuhi standar rekomendasi FIFA dengan baik.
Janganlah kita lupakan bahwa pembatasan penonton di stadion sudah menjadi hal yang umum sejak pandemi COVID-19, terutama dalam konteks World Cup U-17. Namun, ada perbedaan yang mencolok antara penonton World Cup U-17 dengan penonton World Cup senior. Oleh karena itu, secara bertahap, dapat dilakukan langkah-langkah pembatasan penonton yang sesuai dengan situasi saat ini. Semuanya demi menjaga kesehatan dan keselamatan semua pihak yang terlibat dalam acara yang berprestise ini.
Kesimpulan dari semua perhatian yang telah diberikan kepada pengecekan rumput di JIS. Kontroversi mungkin telah timbul mengenai kontraktor rumput yang melakukan pengecekan, namun kita perlu mengakui bahwa JIS telah dibangun dengan mematuhi standar dan panduan internasional, termasuk Panduan Stadion FIFA. Menariknya, rumput yang digunakan di JIS telah direkomendasikan oleh FIFA dan telah melewati penilaian auditor terkait kualitasnya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa JIS telah mengedepankan standar internasional dalam menjaga kualitas rumputnya.